Monday, October 14, 2013

EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dan Tanda Baca

Lari, dari Hukuman Menjadi Gaya Hidup

PERNAH suatu masa, guru sekolah menjadikan lari keliling lapangan sebagai bentuk hukuman untuk murid yang tidak disiplin. Kini, lari cenderung menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat.

Lihat saja di lingkungan Senayan, kawasan car free day dan taman terbuka di Jakarta, atau lokasi rekreasi seperti Ancol. Bahkan di permukiman penduduk, masyarakat terlihat memilih olahraga lari setiap Sabtu dan Minggu pagi. Pada beberapa tempat, lari di malam hari juga kerap terlihat. 

Di tempat-tempat kebugaran, masyarakat melakukan aktivitas fisik berlari menggunakan alat olahraga treadmill.
Mengapa lari cenderung berkembang menjadi gaya hidup masyarakat?

Psikolog Retno Prasetyo Ningrum, M.Psi,Psi mengatakan, perubahan pandangan di masyarakat tentu saja mengikuti perubahan zaman. Menurut dia, di antara penyebabnya, saat ini banyak berkembang penyakit degeneratif yang dipengaruhi gaya hidup kurang sehat, seperti kebiasaan makan junk food, kurang aktivitas, dan stres tinggi.

"Lari dianggap sebagai olahraga murah meriah yang dpromosikan untuk perubahan gaya hidup sehat," jelas Retno.
Sementara dulu, pernah pada suatu masa guru sekolah menjadikan lari sebagai bentuk hukuman pada siswa. Harapannya agar siswa menjadi jera dan tidak mengulang perilakunya.

Sebenarnya, lanjut alumnus Magister Profesi Psikologi bidang Psikologi Klinis Universitas Gadjah Mada ini, kalau dilihat lebih jauh pola hukuman lari itu menyehatkan. Bahkan sekarang lari sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat.
Hanya saja, lari keliling lapangan bisa menyebabkan kelelahan, sehingga mengurangi konsentrasi belajar siswa. Penerapan hukuman lari di sekolah bisa ditanggapi murid secara beragam.

"Apabila lari digunakan sebagai hukuman, maka lari bisa menjadi sebuah momen tidak menyenangkan. Akibatnya, kelak ia tidak akan menjadikan lari sebagai bagian dari gaya hidup," kata wanita yang berpengalaman sebagai asisten peneliti dosen di Fakultas Psikologi UGM.

Sebaliknya, bila lari sudah menjadi kebiasaan bagi orang tersebut, maka lari menjadi tidak efektif digunakan sebagai hukuman.
Menurut Retno, jika memang siswa melakukan kesalahan, hukuman masih bisa diterapkan untuk perubahan perilaku. Hanya saja, bentuk hukuman harus disesuaikan dengan kesalahan siswa.

Tapi seiring perjalanan waktu, lari sudah menjadi gaya hidup, karena para eksekutif maupun profesional muda punya kegiatan rutin bagi aktivitas olahraga satu itu. Bahkan komunitasnya pun berhamburan. Mulai dari Indo Runner, Berlari Untuk Berbagi, hingga Garuda Finisher yang diinisiasi oleh Mayor Inf. Agus Harimurti Yudhoyono, putra sulung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Kalau begitu, lari itu hukuman atau gaya hidup?

Perbaikkan kata yang menurut saya benar:
"masa" menjadi saat.
"lingkungan senayan" menjadi lingkungan di sekitar senayan.
"kerap" menjadi sering.
"kebiasaan makan" menjadi kebiasaan memakan.
"dpromosikan" menjadi dipromosikan.
"bisa" menjadi dapat.
"olahraga satu ini" menjadi olahraga yang satu ini.

http://id.olahraga.yahoo.com/news/lari-dari-hukuman-menjadi-gaya-hidup-233521859.html

No comments:

Post a Comment