Perilaku kepemimpinan!
Kepemimpinan adalah keunggulan seseorang dalam melakukan proses mengontrol
gejala-gejala social.
1. Berperilaku
seperti mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan
ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik
maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin,
sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai
kesamaan di dalam menjalankan ke-pemimpinannya.
2. Berperilaku
sebagai suatu kemampuan meng-handel orang lain untuk memperoleh hasil yang maksimal
dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan
merupakan kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah.
3. Berperilaku
sebagai individu yang memiliki
program/rencana dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan
dengan cara yang pasti.
4. Berperilaku
sebagai pendengar yang Baik Adaptabilitas, kepemimpinan selalu bersifat
situasional, kondisonal, temporal dan spatial. Fleksibilitas, mampu melakukan
perubahan dalam cara berpikir, cara bertindak, sikap dan perilaku agar sesuai
dengan tuntutan situasi dan kondisi tertentu yang dihadapi tanpa mengorbankan
prinsip-prinsip hidup yang dianut oleh seseorang.
Ketegasan, Keberanian Orientasi Masa Depan dan Sikap yang Antisipatif dan Proaktif
Ketegasan, Keberanian Orientasi Masa Depan dan Sikap yang Antisipatif dan Proaktif
Secara umum atribut personal atau karakter yang harus ada atau melekat
pada diri seorang pemimpin adalah:
ü mumpuni,
artinya memiliki kapasitas dan kapabilitas yang lebih balk daripada orang-orang
yang dipimpinnya,
ü juara,
artinya memiliki prestasi balk akademik maupun non akademik yang lebih balk
dibanding orang-orang yang dipimpinnya,
ü tangungjawab,
artinya memiliki kemampuan dan kemauan bertanggungjawab yang lebih tinggi
dibanding orang-orang yang dipimpinnya,
ü aktif,
artinya memiliki kemampuan dan kemauan berpartisipasi sosial dan melakukan
sosialisasi secara aktif lebih balk dibanding oramg-orang yang dipimpinnya, dan
walaupun tidak harus, sebaiknya memiliki status sosial ekonomi yang lebih
tinggi disbanding orang-orang yang dipimpinnya.
ü Sikap
Inkuisitif, atau rasa ingin tahu, merupakan suatu sikap yang mencerminkan dua
hal: pertama, tidak merasa puas dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki;
kedua, kemauan dan keinginan untuk mencari dan menemukan hal-hal baru.
Tipe-tipe kepemimpinan:
ü KepemimpinanOtokratik
Semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang negatif. Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois.
Semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang negatif. Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois.
Pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap
yang menonjolkan “keakuannya”, antara lain dalam bentuk :
ü kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama
dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian
kurang menghargai harkat dan martabat mereka pengutmaan orientasi terhadap
pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu
dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya. Pengabaian peranan para
bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
ü Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin
yang otokratik antara lain:
ü
menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya dalam
menegakkan disiplin
ü
menunjukkan keakuannya bernada keras dalam pemberian
perintah atau instruksi
ü
menggunakan pendekatan punitif dalamhal terjadinya
penyimpangan oleh bawahan.
ü Kepemimpinan Kharismatik
ü
rasa percaya diri, keyakinan yang kuat, sikap
tenang, kemampuan berbicara dan yang lebih penting dan visi pemimpin tersebut relevan dengan
kebutuhan para pengikut.
ü
menekankan kepada identifikasi pribadi, pembangkitan
motivasi oleh pemimpin dan pengaruh pemimpin terhadap tujuan- tujuan dan rasa
percaya diri para pengikut.
ü
internalisasi nilai, identifikasi sosial dan
pengaruh pimpinan terhadap kemampuan diri dengan hanya memberi peran yang
sedikit terhadap identifikasi pribadi
Karisma merupakan sebuah fenomena.
Karisma merupakan sebuah fenomena.
ü
memiliki
dampak positif maupun negatif terhadap para pengikut dan organisasi.
ü Kepemimpinan Trnasformasional
ü
menimbulkan kesadaran para pengikut dengan
mengarahkannya kepada cita-cita dan nilai-nilai moral yang lebih tinggi.
ü
membuat para pengikut menjadi lebih peka
terhadap nilai dan pentingnya pekerjaan, mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan pada
tingkat yang lebih tinggi dan menyebabkan para pengikut lebih mementingkan
organisasi. Hasilnya adalah para pengikut merasa adanya kepercayaan dan rasa
hormat terhadap pemimpin tersebut, serta termotivasi untuk melakukan sesuatu
melebihi dari yang diharapkan darinya.
ü
tmengubah budaya dan strategi-strategi sebuah
organisasi dengan memformulasikan sebuah visi, mengembangkan sebuah komitmen
terhadapnya, melaksanakan strategi-strategi untuk mencapai visi tersebut, dan
menanamkan nilai-nilai baru.
ü Tipe Paternalistik
ü
bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat
agraris. Salah satu ciri utama masuarakat tradisional ialah rasa hormat yang
tinggi yang ditujukan oleh para anggiota masyarakat kepada orang tua atau seseorang
yang dituakan.
ü
sebagai tauladan atau panutan masyarakat.
Biasanya tiokoh-toko adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat
mengembangkan sikap kebersamaan.
ü Tipe Demokratik
ü
memandang peranannya selaku koordinator dan
integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi.
ü
Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus
disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas
dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan.
ü
Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan
sesuai dengan tingkatnya.
ü
Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi
dan menjunjung harkat dan martabat manusia. Seorang pemimpin demokratik
disegani bukannya ditakuti.
Nama Tokoh yang berhasil dlm kepemimpinan dan bidang
yang dikuasainya!
gaya
kepemimpinan soeharto sangat otoriter, sehingga soeharto lebih cenderung
mmemusatkan perhatiannya ke bidang produksi, tanpa memperhatikan hubungan
dengan bawahannya.
Hal
tersebut diperjelas dengan sikapnya yang punya visi dan misi. Mahir dalam strategi, detailis dan pandai
dalam menggunakan kesempatan. Pembawaaannya formal dan tidak hangat dalam
bergaul. Soeharto tidak kenal teman, pendukung, atau sekutu lama. Dia sangat
ruthless memecat dan minyingkirkan orang yang dia pandang tidak berguna atau
tampil sebagai rival.
Pemerintahan Soeharto yang di sebut Orde Baru memang mengambil
alih kekuasaan dalam keadaan politik yang kacau, termasuk ketidakpastian
ekonomi rakyat karena harga yang meningkat pesat dan tidak terjangkau oleh daya
beli rata-rata masyarakat luas. Karena itu, sampai beberapa tahun kekuasaan
beralih masalah ekonomi masih menjadi persoalan yang pelik.
Pemerintahan Soeharto pada waktu itu seperti tidak ada pilihan
lain, kecuali mengubah dengan ekstrem fokus pembangunan di bidang ekonomi
dengan cara yang luar biasa untuk memacu pertumbuhan ekonomi, dan transformai
menuju industrialisasi.
Ide gagasan awal dari pola gerakan pembangunan ekonomi yakni
pertumbuhan ekonomi akan menetes ke bawah dan tidak ada pemerataan tanpa
pertumbuhan ekonomi, walaupun pada akhirnya yang dibagi hanya kemiskinan kepada
masyarakat Indonesia. Permasalahan selanjutnya ketika pertumbuhan ekonomi
benar-benar tercapai pada fase pertengahan kepemimpinan Soeharto sekitar 7-8%
pada tahun 1967-1981, tetapi nampaknya tetap saja pemerataan tertinggal jauh di
belakang. Landasan pembangunan ekonomi Soeharto, pada akhirnya mengakibatkan
partisipasi masyarakat dalam sistem pemerintahan dianggap lebih mengganggu
proses pembangunan.
Pada
masa pemerintahan Soeharto, rakyat tidak bebas dalam bersuara, kebebasan rakyat
dibatasi dengan banyak aturan. Media Pers dibungkam dengan lahirnya UU Pokok
Pers No. 12 tahun 1982. UU ini mengisyaratkan adanya peringatan mengenai isi
pemberitaan ataupun siaran. Organisasi massa yang terbentuk harus memperoleh
izin pemerintah dengan hanya satu organisasi profesi buatan pemerintah yang
diperbolehkan berdiri.
Adanya
gerakan mahasiswa maka segera diberlakukannya NKK/BKK
(Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan). Kebijakan ini
ditentang keras oleh banyak organisasi mahasiswa. Hubungan kegiatan mahasiswa
dengan pihak kampus hanyalah kepada mereka yang diperbolehkan pemerintah lewat
mekanisme kontrol dekanat dan rektorat. Sehingga organisasi massa tak lebih
dari wayang-wayang Orde Baru.
Sedangkan
demi terwujudnya Negara yang bebas dari unsure PKI, Soeharto tak segan-segan
dalam memberantas unsure PKI. Tindakan pembersihan dari unsur-unsur komunis
(PKI) membawa tindakan penghukuman mati anggota Partai Komunis di Indonesia
yang menyebabkan pembunuhan sistematis sekitar 500 ribu "tersangka
komunis", kebanyakan warga sipil, dan kekerasan terhadap minoritas Tionghoa Indonesia. Belum lagi penculikan
terhadap keluarga anggota PKI. Disini terlihat sekali bagaimana ambisiusnya
seorang Soeharto untuk mewujudkan misi dan visinya tanpa menghiraukan
hubungannya dengan masyarakat.
Ambisi
yang lainnya saat menjadikan Timor Timur sebagai provinsi ke-27 (saat itu)
juga dilakukannya karena kekhawatirannya bahwa partai Fretilin
(Frente Revolucinaria De Timor Leste Independente /partai yang berhaluan
sosialis-komunis) akan berkuasa di sana bila dibiarkan merdeka. Hal ini telah
mengakibatkan menelan ratusan ribu korban jiwa sipil. Sistem otoriter
yang dijalankan Soeharto dalam masa pemerintahannya membuatnya populer dengan
sebutan "Bapak",
yang pada jangka panjangnya menyebabkan pengambilan keputusan-keputusan di DPR kala itu disebut
secara konotatif oleh masyarakat Indonesia sebagai sistem "ABS" atau
"Asal Bapak Senang". Pemerintahan bagai dimonopoli agar dapat
berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Soeharto.
Disini
dapat dilihat bahwa dalam gaya kepemimpinan Managerial Grid, gaya kepemimpinan
Soeharto masuk ke dalam Grid 9.1. Seorang pemimpin disebut sebagai pemimpin
yang menjalankan tugasnya secara otokratis. Pemimpin semacam ini hanya mau
memmikirkan tentang usaha peningkatan efisiensi pelaksanaan kerja, tidak
mempunyai atau hanya sedikit rasa tanggung jawabnya pada orang-orang yang
bekerja dalam organisasinya. Dan gaya kepemimpinanya lebih menonjol
otokratisnya
referensi
: